Halaman

Rabu, 25 Desember 2013

Indonesia Sulit Jadi Negara Maju



TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA

MUKHLASIN
25211028
3EB10



Fakta Indonesia Sulit Jadi Negara Maju

1. Harga Nyawa di Indonesia = Rp 20.000
Terjadi pada saat kasus pembentukan provinsi tapanuli, massa diberi 20.000 untuk berdemo dan untuk membunuh Ketua DPRDnya. Ada lagi kasus nyawa melayang cuma gara2 hutang 500 perak.

2. Percaya Batu Kobokan PONARI SWEAT
Kalo kekuatan supranatural dari batu emang segitu gedenya, ngapain berlomba lomba buat rumah sakit internasional ? toh biaya bangun satu rumah sakit bisa buat beli jutaan botol PONARI SWEAT !

3. Ramalan = ?
Liat aja tiap taun baru apa yang ada di infotainment, RAMAL RAMAL dan RAMAL. Tiap tahun baru heboh banget mikirin ramalan, ampe Mama Laurent, Ki Kusumo, Joko Bodo panen duit

4. Kelakuan Hewan Perwakilan Rakyat
yang makin mirip hewan Liat aja kerjaan DPR saban hari ! cakar fraksi sana, cakar sini, koalisi sana, sentil fraksi ini. Kapan INDONESIA mau maju kalo terus begini ?

5. Dikibulin ama Aburizal Bakrie
Jadi Menko Kesra, Orang terkaya di Asia Tenggara, Punya ANTV, LATIVI alias tv0ne, Punya Esia, bakrie dll kok ngakunya keberatan untuk ganti rugi warga Porong? Bakrie kan punya developer, buat aja perumahan baru untuk warga porong! selesai kan ?.

6. Bangga banget sama yang namanya Jakarta
Patutkah kita bangga akan Ibukota Indonesia ini?. Kota Jakarta adalah kota metropolis yang di cap GAGAL oleh dunia luar. Bahkan kemacetan Jakarta sudah jadi bahan acara THE AMAZING RACE 2 ASIA AXN, dengan tantangan melewati jalan tol bandara sampe ke Monas yang macet naujubilah.

7. Boikot Amerika !
Emang segampang itu? Kalo Pemerintah Indonesia langsung putus hubungan dgn USA, Indonesia pasti akan mengalami krisis 5x lebih besar dari tahun ’97



Menurut LIPI


1.  Ekonomi tak tumbuh cepat setelah krisis
Indonesia selamat setelah luluh lantak pada krisis ekonomi 1997. Pada 2008, negara ini bahkan seakan tidak terdampak ketika Amerika dan Uni Eropa ambruk akibat krisis yang dipicu kredit macet perumahan. Pemerintah kerap membanggakan fakta itu, apalagi, selama beberapa triwulan, ekonomi Indonesia konsisten tumbuh nomor dua selepas China
Tapi, catatan diberikan oleh Latief Adam dari LIPI menyatakan, perekonomian Indonesia memang stabil selama beberapa kali krisis, utamanya 2008. Tapi, pertumbuhannya mentok selalu di bawah potensi yang sesungguhnya.
“Pemerintah seolah-olah menyebut ekonomi kita tahan gejolak perekonomian global. Boleh jadi stabil tapi stabil tingkat rendah. Dibandingkan dengan Singapura kena krisis dan setelah krisis tumbuh mereka lebih jauh tinggi. Kita usai krisis tumbuhnya tidak jauh beda misalnya 4 persen ke 6 persen,” urainya.

2. Ekonomi terlalu bergantung pasar modal
Indonesia susah keluar dari negara maju, menurut Latief disebabkan faktor kurang bervariasinya sumber penggerak perekonomian Indonesia.?
Rasio ekspor-impor terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) masih sangat kurang, begitu juga dengan investasi. Pergerakan ekonomi Indonesia saat ini hanya didorong dari pasar modal.
“Kita ini ekonomi stabil rendah karena perekonomian kita kurang gaul. Ini juga karena institusi keuangan manfaatnya tidak terlalu optimal mendukung ekonomi berkualitas,” ujar Latief.

3. Mayoritas pekerja lulusan SD
Latief Adam menyebut kualitas tenaga kerja Indonesia untuk menunjang pertumbuhan perekonomian masih sangat kurang. Komposisi tenaga kerja Indonesia didominasi oleh pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD).
Menurut Latief, keadaan seperti ini hanya menjadi beban bagi pemerintah untuk mengejar pertumbuhan. Selaiknya, penduduk adalah penyokong pertumbuhan ekonomi yang menjadi aset bangsa, dengan porsi seimbang antara tenaga kerja dan pemberi kerja.
“Kita lebih tinggi lulusan SD. Banyak penduduk kita beban pembangunan dibandingkan dengan perannya sebagai aset. Dalam ekonomi harusnya penduduk itu ada 3 peran penting sebagai produsen, konsumen, pembayar pajak,” kata Latief.

4. Industri dalam negeri lemah
Lemahnya struktur industri dalam negeri juga dicatat LIPI jadi alasan Indonesia bakal sulit lepas dari jeratan middle income trap. Sampai sekarang, industri nasional sangat tergantung barang impor, untuk memenuhi bahan baku maupun bahan penolong.
Akibat kondisi tersebut, pelemahan rupiah yang sempat terjadi sangat memukul pelaku usaha di Tanah Air. Sebab, biaya produksi dalam waktu singkat langsung meningkat. Alhasil, daya saing industri dalam negeri sangat timpang dibandingkan pesaing di negara lain.
“Kita sangat tergantung barang impor. 90 persen impor kita itu untuk bahan baku dan barang modal. Sektor industri menjerit jika depresiasi Rupiah dan inflasi. Ini menambah beban produksi. Cost of doing business mengalami peningkatan,” kata Peneliti P2E LIPI Latief Adam.

5. Belum punya ekspor unggulan
Amerika Serikat bisa memamerkan hampir semua produk konsumsi, sebagai produk unggulannya. Jepang punya otomotif dan teknologi informasi. Korea Selatan, selain mengikuti jejak Jepang, kini juga dikenal lantaran komoditas ekonomi kreatif misalnya film dan musik.
Apa produk unggulan Indonesia, itu yang jadi pertanyaan Latief Adam. Sampai sekarang, pemerintah tidak fokus mencari produk yang bisa digenjot untuk merambah pasar internasional.
Diakuinya, salah satu yang menonjol adalah tekstil, termasuk produk-produk busana muslim. Namun, itupun belum digarap serius sampai sekarang. Indikatornya adalah tak ada rencana jangka panjang dalam membentuk rantai distribusi sampai pengembangan merek.
“Grand strategi kita belum punya sektor unggulan. Pewarna tekstil saja kita masih impor dan ini belum didefinisikan dengan jelas apa itu sektor unggulan,” kata anggota LIPI ini.

Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar