TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA
MUKHLASIN
25211028
3EB10
Istilah akuntansi forensik merupakan terjemahan dari forensic accounting. Pengertian forensik, bermakna; (1) yang berkenaan dengan pengadilan, atau (2) berkenaan dengan penerapan pengetahuan ilmiah pada masalah hukum. Yang paling sering kita dengar adalah dokter forensik, yaitu dokter ahli patologi yang memeriksa jenazah untuk menentukan penyebab dan waktu kematian. Banyak dari kita, yang telah mengenal istilah laboratorium forensik (labfor) yang dimiliki oleh kepolisian.
http://edratna.wordpress.com/2007/07/17/
mengapa-harus-bisa-membaca-apa-yang-ada-dibalik-laporan-keuangan
Sumber Pustaka:
Theodorus M. Tuanakotta. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Seri Departemen Akuntansi FEUI. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia, 2007.
MUKHLASIN
25211028
3EB10
Audit
Forensik
Penilaian Risiko Fraud atau Kecurangan
Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan
adalah penggunaan ilmu audit forensik yang paling luas. Melakukan audit
forensik pada suatu perusahaan diharapkan agar perusahaan tidak melakukan fraud
di kemudian hari. Jenis-jenis fraud yang biasanya dilakukan adalah korupsi,
money laundry, illegal logging, penghindaran pajak, dan lainnya. Di Indonesia
lembaga yang berhak untuk melakukan audit forensik adalah auditor BPK, BPKP,
dan KPK yang memiliki sertifikat Certified Fraud Examiners (CFE).
Audit Forensik Untuk Mendeteksi Risiko Fraud atau
Kecurangan
Proses Audit Forensik
1. Identifikasi masalah
Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal
terhadap kasus yang hendak diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk
mempertajam analisa dan spesifikasi ruang lingkup sehingga audit bisa dilakukan
secara tepat sasaran.
2. Pembicaraan dengan klien
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan
bersama klien terkait lingkup, kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka
waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk membangun kesepahaman antara
auditor dan klien terhadap penugasan audit.
3. Pemeriksaan pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data
awal dan menganalisanya. Hasil pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan
menggunakan matriks 5W + 2H (who, what, where, when, why, how, and how much).
Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi minimal 4W + 1H (who, what,
where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini auditor akan menentukan
apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.
Pengembangan rencana pemeriksaan
Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi
kasus yang dihadapi, tujuan audit, prosedur pelaksanaan audit, serta tugas
setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan, maka akan dihasilkan
konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan bersama tim
audit serta klien.
4. Pemeriksaan lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan
bukti serta melakukan analisa atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya
dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-teknik auditnya guna
mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud tersebut.
5. Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan
laporan hasil audit forensik. Dalam laporan ini setidaknya ada 3 poin yang
harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain adalah:
1. Kondisi,
yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
2. Kriteria,
yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu,
jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai
temuan.
3. Simpulan,
yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya mencakup
sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud tersebut.
Akuntansi forensik dan Penerapan Hukum
Istilah akuntansi forensik merupakan terjemahan dari forensic accounting. Pengertian forensik, bermakna; (1) yang berkenaan dengan pengadilan, atau (2) berkenaan dengan penerapan pengetahuan ilmiah pada masalah hukum. Yang paling sering kita dengar adalah dokter forensik, yaitu dokter ahli patologi yang memeriksa jenazah untuk menentukan penyebab dan waktu kematian. Banyak dari kita, yang telah mengenal istilah laboratorium forensik (labfor) yang dimiliki oleh kepolisian.
Sebenarnya akuntan dan akuntansi forensik tidak sepenuhnya berkaitan
dengan pengadilan saja. Istilah pengadilan memberikan kesan bahwa akuntansi
forensik semata-mata berperkara di pengadilan, dan istilah lain ini disebut
litigasi (litigation).
Di samping proses litigasi ada proses penyelesaian sengketa dimana jasa akuntan
forensik juga dapat dipakai. Kegiatan ini bersifat non litigasi. Misalnya
penyelesaian sengketa lewat arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa atau
alternative dispute
resolution.
Sebagai contoh: Sengketa antara PT Telkom dan PT Aria West International
(AWI) melalui proses yang berat dan memakan waktu hampir dua tahun, akhirnya
diselesaikan melalui akuisisi AWI oleh PT Telkom dalam tahun 2003. Dalam
sengketa ini, AWI menggunakan Pricewaterhouse Coopers (PwC) sebagai akuntan forensiknya,
dan penyelesaian dilakukan di luar pengadilan.
D. Larry
Crumbley, editor in chief dari Journal of Forensic Accounting menulis:
(terjemahan)
“Secara sederhana dapat dikatakan, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judisial atau administratif.“
“Secara sederhana dapat dikatakan, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judisial atau administratif.“
Dalam definisi
Crumbley itu, tak menggunakan istilah pengadilan, tapi suatu proses
sengketa hukum, yang penyelesaian nya dapat dilakukan di luar pengadilan.
Bermacam-macam hal dapat memicu terjadinya sengketa. Sengketa antara dua
pihak bisa diselesaikan dengan cara berbeda, apabila menyangkut dua pihak.
Pihak yang bersengketa bisa menyelesaikan melalui arbitrase dan alternatif
penyelesaian sengketa, sedang pihak lain melalui litigasi. Dalam hal ini,
penyelesaian adalah dengan cara hukum, tetapi yang pertama diselesaikan di luar
pengadilan, sedangkan yang satunya lagi melalui proses beracara di pengadilan.
Akuntansi atau audit forensik?
Pada mulanya, di Amerika Serikat, akuntansi forensik digunakan untuk menentukan pembagian warisan atau mengungkapkan motif pembunuhan. Misalnya pembunuhan isteri oleh suami untuk mendapatkan hak waris atau klaim asuransi, atau pembunuhan mitra dagang untuk menguasai perusahaan.
Pada mulanya, di Amerika Serikat, akuntansi forensik digunakan untuk menentukan pembagian warisan atau mengungkapkan motif pembunuhan. Misalnya pembunuhan isteri oleh suami untuk mendapatkan hak waris atau klaim asuransi, atau pembunuhan mitra dagang untuk menguasai perusahaan.
Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan hukum, maka istilah yang
dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Sekarangpun kadar akuntansinya
masih terlihat, misalkan dalam perhitungan ganti rugi, baik dalam konteks
keuangan Negara, maupun di antara pihak-pihak dalam sengketa perdata. Akuntansi
forensik pada awalnya adalah perpaduan yang paling sederhana untuk akuntansi
dan hukum. Contoh, penggunaan akuntan forensik dalam penggantian harta gono
gini. Disini terlihat unsur akuntansinya, unsur menghitung besarnya harta yang
akan diterima pihak (mantan) suami dan (mantan) isteri. Segi hukumnya dapat
diselesaikan di dalam atau di luar pengadilan, secara litigasi atau non
litigasi. Dalam kasus yang lebih pelik, ada satu bidang tambahan, yaitu bidang
audit.
Akuntansi forensik sebenarnya telah dipraktekkan di Indonesia. Praktek ini
tumbuh pesat, tak lama setelah terjadi krisis keuangan tahun 1977. Akuntansi
forensik dilaksanakan oleh berbagai lembaga seperti Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
Bank Dunia (untuk proyek-proyek pinjamannya), dan kantor-kantor akuntan publik
(KAP) di Indonesia.
Kualitas akuntan forensik
Robert J. Lindquist membagikan kuestioner kepada staf Peat Marwick Lindquist Holmes, tentang kualitas apa saja yang harus dimiliki seorang akuntan forensik?
Ternyata jawaban nya bervariasi, antara lain:
1.Kreatif. Kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi bisnis yang normal dan mempertimbangkan interpretasi lain, yakni bahwa itu bukan merupakan situasi bisnis yang normal
2.Rasa ingin tahu. Keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi
3.Tak menyerah. Kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun fakta (seolah-olah) tidak mendukung, dan ketika dokumen atau informasi sulit diperoleh
4.Akal sehat. Kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata. Ada yang menyebutnya, perspektif anak jalanan yang mengerti betul kerasnya kehidupan
5.Business sense. Kemampuan untuk memahami bagaimana bisnis sesungguhnya berjalan, dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi di catat.
6.Percaya diri. Kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan, sehingga dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut umum dan pembela)
Robert J. Lindquist membagikan kuestioner kepada staf Peat Marwick Lindquist Holmes, tentang kualitas apa saja yang harus dimiliki seorang akuntan forensik?
Ternyata jawaban nya bervariasi, antara lain:
1.Kreatif. Kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi bisnis yang normal dan mempertimbangkan interpretasi lain, yakni bahwa itu bukan merupakan situasi bisnis yang normal
2.Rasa ingin tahu. Keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi
3.Tak menyerah. Kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun fakta (seolah-olah) tidak mendukung, dan ketika dokumen atau informasi sulit diperoleh
4.Akal sehat. Kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata. Ada yang menyebutnya, perspektif anak jalanan yang mengerti betul kerasnya kehidupan
5.Business sense. Kemampuan untuk memahami bagaimana bisnis sesungguhnya berjalan, dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi di catat.
6.Percaya diri. Kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan, sehingga dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut umum dan pembela)
Pada prakteknya, orang yang bekerja di lembaga keuangan, perlu memahami
tentang akuntansi forensik ini, untuk memahami apa yang ada di balik laporan
keuangan debitur, apa yang dibalik laporan hasil analisis yang disajikan. Hal
ini tentu saja, dimaksudkan agar segala sesuatu dapat dilakukan pendeteksian
sejak dini, agar masalah tidak terlanjur melebar dan sulit diatasi. Apabila
anda sebagai pimpinan unit kerja, atau pimpinan perusahaan, yang mengelola
risiko, yang dapat mengakibatkan risiko finansial, mau tak mau anda harus
mengenal dan memahami akuntansi forensik ini, sehingga anda bisa segera
mengetahui ada yang tidak beres dalam analisa atau data-data yang disajikan.
Tulisan terkait:http://edratna.wordpress.com/2007/07/17/
mengapa-harus-bisa-membaca-apa-yang-ada-dibalik-laporan-keuangan
Sumber Pustaka:
Theodorus M. Tuanakotta. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Seri Departemen Akuntansi FEUI. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia, 2007.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar