Halaman

Senin, 18 November 2013

Keindahan dan Kemegahan Masjid

TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA

MUKHLASIN

25211028
3EB10


Keindahan dan Kemegahan Masjid 

Kemegahan Masjid Gallipoli di Australia

Masjid Gallipoli disebut-sebut sebagai masjid terbesar di Australia. Masjid yang berada di dekat kota Sydney ini terbuka bagi siapa saja yang ingin mengenal Islam. Kemegahan interiornya mencerminkan keindahan filosofi yang terkandung dalam agama Islam.

Kalau Anda berkunjung ke kota Sydney dan ingin melihat kehidupan komunitas Muslim di kota yang paling padat di Australia ini, mungkin bisa berkunjung ke kawasan Auburn.

Di kawasan Auburn terdapat permukiman yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Di kawasan ini sangat mudah menemukan sejumlah restoran halal, toko daging halal, hingga toko-toko yang menjual buku-buku dan perlengkapan umat Muslim.

Tetapi salah satu ikon bagi umat Muslim di kawasan ini tentunya adalah Masjid Gallipoli.

Masjdi Gallipoli selintas nampak mirip seperti Masjid Biru yang sangat terkenal di ibu kota Turki, Istanbul.

Masjid ini memang memiliki gaya arsitektur Ottoman dari Turki, dengan kubah besar di bagian tengah masjid.

"Gaya arsitek dari Masjid ini mengikuti Masjid Biru, mulai dari menara juga bentuk kubahnya. Bisa dikatakan ini adalah miniatur Masjid Biru di Istanbul," ujar Kuranda Seyit, juru bicara dari Masjid Gallipoli.

Masjid Gallipoli dibangun oleh komunitas imigran asal Turki yang menetap di Auburn. Butuh sekitar 10 tahun untuk membangun masjid ini dengan total biaya pembangunan mencapai lebih dari Rp 60 miliar.

"Semua biaya pembangunan masjid ini, hampir 95 persen berasal dari sumbangan warga Turki yang berada di Australia."

Nama Masjid diambil dari kata Gallipoli, sebuah kawasan di Turki. Saat terjadi Perang Dunia I, di tempat ini terjadi perang yang melibatkan Turki dan Australia.

"Nama ini dipilih karena mereka ingin menunjukkan sejarah yang sama-sama pernah dirasakan antara Turki dan Australia." ujar Kuranda.


Kemegahan masjid cerminan keindahan Islam
Saat memasuki bagian dalam masjid, Anda akan temukan ukiran-ukiran kaligrafi yang bertuliskan "Allah", "Muhammad", dan potongan surat serta ayat-ayat suci Al Quran.

Ukiran-ukiran ini dihiasi juga dengan pola-pola dan warna-warna yang hampir sama dengan interior di Masjid Biru atau pun bahkan Masjid Nabawi di Madinah.

Perpaduan antara kaligrafi tradisional dan corak modern dari Timur Tengah, yang kebanyakan bermotif bunga-bungaan dan dedaunan, terlihat di bagian dinding dan kubah.

"Ketika orang-orang masuk masuk ke dalam masjid ini, mereka akan dibuat takjub dan berkesan akan keindahan Islam," tegas Kuranda.

Seperti masjid-masjid lainnya, Masjid Gallipoli pun menggelar shalat berjemaah lima kali sehari dan shalat Jumat.

Di bulan Ramadan, mereka menggelar buka bersama, tarawih, dan tak ketinggalan masjid yang dihiasi lampu-lampu berwarna-warni untuk menyemarakkan bulan suci.

Sementara di siang hari, pihak masjid membuka kesempatan bagi warga non-Muslim untuk mengikuti tur kedalam masjid, termasuk diantaranya adalah siswa-siswi sekolah.

Keberadaan masjid ini juga memberikan pencerahan bagi warga-warga sekitar yang pada awalnya memandang Islam sebelah mata.

"Belakangan ini, setiap ada kejadian atau tragedi, umat Islam biasanya menjadi sorotan media," kata Kuranda.

"Tetapi warga Australia tidak begitu saja percaya dengan apa yang mereka baca dan dengar melalui media, mereka tidak percaya propaganda,"

"Di masjid mereka justru bertemu dan melihat umat Muslim sesungguhnya, yang tulus dan damai.


Keindahan Menara Masjid Nabawi

Bagi yang pertama kali menatap masjid Nabawi dari jalan raya, terutama pada malam hari akan berdecak kagum mengenai keindahan menara yang gemerlap disinari lampu sorot yang menawan. Biasanya jamaah haji atau umrah yang datang malam hari akan disuguhi pemandangan panorama eksotis menara Masjid yang bercahaya dari kejauhan menambah indahnya perasaan batin ingin lebih cepat sampai di masjid. Begitulah kerinduan sang perindu akan sebuah tempat kesayangannya.

Kisah menara masjid Nabawi, saat ini berjumlah 10 buah, 6 buah tambahan baru dan 4 buah asli melingkupi bangunan masjid yang lama. Diantara keempat buah menara tersebut adalah menara Bab Al-Salam dengan ketinggian 47.5 m; menara Bab Al-Baqie dengan ketinggian 60 m; manara Bab Umar bin Khattab RA dengan ketinggian 72 m dan menara Bab Usman bin Affan RA dengan ketinggian yang sama 72 m.

Sedangkan 6 menara lainnya adalah seiring dengan pembangunan baru generasi kedua yang masing-masing tingginya mencapai 104 m, dan terdiri dari 5 tingkat undakan. Undakan pertama berbentuk persegi empat seluas 5.5 m dan tingginya 7.5 meter atau setingkat dengan tinggi tingkat masjid. Kemudian undakan kedua persegi delapan dengan luas 5.5 m dan tingginya dua meter. Adapun undakan ketiga berbentuk bulat dengan 18 meter; dan undakan keempat juga berbentuk bulat dengan ketinggian 15 m kemudian disusul dengan undakan terakhir yang kelima juga bulat dengan ketinggian 12 m. Ujung terakhir dari menara tersebut adalah lambang bulan sabit yang terbuat dari granit seberat 4.5 ton yang dilapisi emas 24 karat setinggi 6 m. Di ujung ini terdapat sinar laser yang menunjukkan arah kiblat diletakkan sepanjang 86 m yang dapat dilihat sejauh 50 km dari berbagai sisi menara.

Suasana batin sungguh merindukan keinginan untuk bisa datang lagi ke sana, baik Makkah dengan Masjidil Haramnya maupun Madinah dengan Masjid Nabawinya, apalagi saat ini sudah mulai berdatangan jamaah dari berbagai penjuru dunia untuk menunaikan ibadah haji yang puncaknya jatuh pada akhir bulan Oktober 2012. Semoga kita dapat mengunjungi kedua tempat suci tersebut. 



Keindahan Masjid Terapung Jeddah
Jeddah merupakan ibu kota komersial Arab Saudi. Di sini kita akan menemukan banyak kesibukan, karena Jeddah adalah kota pelabuhan utama, baik darat maupun udara. Jeddah diambil dari bahasa Arab, yang artinya Nenek. Karena di kota ini terdapat makam Nenek seluruh umat manusia, yaitu Hawa.

Di balik kesibukannya, Jeddah memiliki sebuah masjid yang cukup terkenal, terutama di kalangan Jamaah dari Asia Tenggara. Hal ini disebabkan karena hampir semua biro perjalanan memasukkan masjid ini ke dalam lokasi yang harus dikunjungi. Nama masjid ini adalah Masjid Ar-Rahmah.

Masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Terapung atau Floating Mosque. Disebut demikian karena masjid ini berada di ujung barat Laut Merah, dan dibangun tepat di atas laut dan di sisi anjungan sehingga menimbulkan kesan mengapung dalam air. Keunikan ini akan semakin terlihat apabila sedang terjadi pasang yang disertai ombak. Saat pasang, pondasi bagian bawah masjid tidak akan terlihat, jadi benar-benar terasa seolah masjid ini sedang mengapung di atas air.

Keindahan masjid ini akan mencapai puncaknya selepas subuh. Ketika lampu-lampu masjid masih berkilauan karena matahari belum terbit sepenuhnya lalu dipadukan dengan latar Laut Merah yang tenang.

Masjid Ar-Rahmah sebetulnya tidak memiliki nilai historis dalam sejarah perkembangan agama Islam. Beberapa berita dari mulut ke mulut mengatakan bahwa seorang penduduk setempat yang merupakan seorang janda kaya dan tidak diketahui namanya, mewakafkan sebagian hartanya untuk pembangunan masjid ini setelah suaminya wafat. Jadi kunjungan pada jemaah ini memang murni karena ketertarikan mereka terhadap keunikan masjid ini. Apalagi di sepanjang perjalanan menuju masjid, sudah banyak dibangun kawasan hijau dan pusat rekreasi serta wisata belanja. Jadi rasanya cukup menyenangkan beristirahat sebentar di tempat ini sambil menikmati keindahan Laut Merah.

Dengan perpaduan arsitektur Arab dan modern, masjid yang memiliki luas 20x30 meter ini memiliki desain interior yang cukup menawan. Tembok yang dipenuhi dengan kaligrafi dan ornamen-ornamen khas Arab, menambah kesan megah masjid. Masjid terapung biasa digunakan untuk shalat Jum’at dan shalat fardhu, akan tetapi, pagar akan digembok selepas Isya.

Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar