Halaman

Senin, 14 Oktober 2013

DAMPAK EKONOMI PADA ACARA MISS WORLD 2013 DI BALI

TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA

MUKHALSIN
25211028
3EB10


DAMPAK EKONOMI INDONESIA PADA  ACARA MISS WORLD 2013 DI BALI


Apakah dengan di adakanya MISS WORLD di Indonesia Nusa Dua Bali akan meningkatkan ekonomi di Indonesia ?

Ajang Miss World 2013 akan diadakan di Bali 2 sampai 4 September 2013, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah untuk penyelengaraan event ini. Masyarakat indonesia mulai memandang positif tentang event ini. Berkaca dari ajang Internasional seperti perhelatan piala dunia, semua negara berebut untuk menjadi tuan rumah. Karena sudah dipastikan jika negara yang menjadi tuan rumah dan penyelenggara event internasional maka negara tersebut akan “MENANG BANYAK” , yang artinya negara tersebut akan mengalami peningkatan ekonomi dalam negeri yang luar biasa.

Acara ajang MISS WORLD berbeda dengan ajang lainya, seperti PIALA DUNIA yang di adakan di Jepang maupun OLIMPIADE BEIJING di China. Semua penonton menguntungkan bagi negara dikarenakan tingkat kepedulian mengikuti yang sangat tinggi yang menjadikan tingkat ekonomi menjadi tinggi.

Lalu apa yang terjadi jika ajang Internasional Miss World diadakan di tanah air ini. Jawabannya akan menambah kepercayaan dunia bahwa Indonesia negara yang aman, tentram, damai dan bergaul dalam dunia internasional. Jika kita berhasil maka dapat dipastikan para investor jangka panjang akan melihat ini sebagai bentuk keamanan dalam berinvestasi.

Menurut Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, banyaknya penolakan yang timbul atas digelarnya Miss World 2013 bukan menjadi ancaman serius kontes tersebut dan pemerintah menghargai aspirasi ormas Islam yang menentang.

"Saat rapat koordinasi diputuskan bahwa aspirasi masyarakat harus dihargai dan bukan masalah. Banyak dampat positif untuk Indonesia akan digelarnya Miss World 2013 di Bali termasuk memperkenalkan kebudayaan dan adat istiadat pada publik seluruh dunia. Akan ada juga pemberitaan sisi baik Indonesia pada internasional," papar Sapta.

Seperti yang sudah diketahui, sejauh ini beberapa ormas Islam seperti Muhammadiyah, NU, FPI, Forum Umat Islam, HTI, dan MUI menentang digelarnya Miss World 2013 lantaran dianggap tak sesuai dengan syariat Islam.
Akibat lebarnya demonstrasi dan penolakan yang digelar di Jakarta, akhirnya malam puncak Miss World 2013 yang sedianya digelar di Bogor harus tetap dilangsungkan di Bali.

Berbeda dengan pendapat beberapa ormas Islam, ormas Hindu di Bali justru mendukung penuh penyelenggaraan Miss World 2013 yang mencetak sejarah dengan menghapuskan sesi bikini kontestan untuk kali pertama, seperti dilansir merdeka.com.

"Ajang itu hanya menguntungkan elite politik tertentu yang memiliki kaitan langsung dengan pebisnis atau penyelenggara," kata dosen Jurusan Hubungan Internasional FISIP Unud itu di Denpasar.
Peraih gelar master Departement of Political Science University of Delhi itu melihat ajang tersebut hanya akan memosisikan Indonesia dikenal sebagai negara liberal.


"Walaupun pemerintah dan tim penyelenggaraan ''Miss World'' mengatakan kegiatan itu untuk mempromosikan pariwisata, dampaknya sangat kecil," ujar lulusan Universitas Darul 'Ulum, Jombang, Jawa Timur, itu.
Idin menilai kontes tersebut lebih mengedepankan eksploitasi fisik kaum perempuan dari berbagai negara peserta. Tentu para penonton menikmati keindahan tubuh perempuan yang mengenakan busana elegan.
Selebihnya, lanjut Idin, tidak ada aktivitas yang dapat mengedukasi masyarakat dari para kontestan selain memamerkan keindahan fisik kaum Hawa.
Demikian juga bagi masyarakat Bali, ajang tahunan yang digelar berpindah-pindah antarnegara itu tidak memberikan dampak positif secara ekonomi.
"Jika para kontestan itu digembar-gemborkan oleh pemerintah sebagai ajang promosi pariwisata, semestinya para tokoh masyarakat Bali harus komplain kepada pemerintah kalau memang hasilnya tidak ada," kata Idin.

Dampak dari di ajang Miss Wrold ini dari segi ekonomi tidak memberikan dampak positif bagi perekonomian Bali apalagi ekonomi Nasional. Data statistik membutktikan bahwa kontes Miss World tidak berdampak terhadpa negara-negara penyelenggara maupun pemenang kontes. Misalnya Venezuela, negera pemenang Miss Universe tahun 2008 dan 2009, pertumbuhan wisatawan mancanegara minus 3% pasca kontes kecantikan. Demikian halnya dengan Jepang yang memenangkan tahun 2007 dan Canada yang menjadi pemenang tahun 2005, keduanya mengalami penurunan pendapatan dari wisatawan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar