Halaman

Rabu, 26 Desember 2012

Jurnal 1 Review 3 : kesimpulan dan saran


Kesimpulan dan Saran

Tulisan sederhana ini berusaha memperoleh “kejernihan” pemahaman pembangunan pertanian berwawasan agribisnis di Indonesia. Pelaku ekonomi pertanian sekaligus investor utamanya adalah berjuta petani sebagai “pengusaha” agribisnis berskala mikro dan kecil yang merupakan basis ekonomi kerakyatan, penopang ekonomi perdesaan dan sumber penghasilan bagi sebagian besar masyarakat perdesaan. Sosok pertanian tersebut, --walaupun sangat potensial--, akan tetapi dihadapkan pada berbagai “tekanan” baik secara internaldomestik maupun eksternal-globalisasi. Kedua realitas “tekanan” tersebut secara konsisten telah, sedang, dan akan terus meningkatkan “kegelisahan dan keprihatinan” petani dan pertanian kita. Manakala tanpa upaya-upaya mendasar, pertanian dan agribisnis hanyalah akan menjadi “mimpi buruk” bagi bangsa ini. Salah satu upaya mendasar untuk menghindari “mimpi buruk” pembangunan pertanian dan agribisnis yang dikemukakan adalah mengembangkan upaya kelembagaan (institutional building). Institusi atau kelembagaan adalah suatu rules yang merupakan produk dari nilai, yang diharapkan terus berevolusi dan menjadi bagian dari budaya (culture). Hal itu merupakan prasyarat keharusan (necessary condition) untuk menjadi “kunci pembuka” pengembangan agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkeadilan. Secara operasional, sosok koperasi agribisnis dan korporasi (masyarakat) agribisnis dipandang sebagai bangun kelembagaan yang mampu berperan dalam mewujudkan pembangunan pertanian sebagaimana yang di-visi-kan. Mewujudkan upaya di atas tidaklah mudah dan sederhana. Karakteristik, keunikan dan keragaman yang tinggi pada berbagai kegiatan agribisnis di satu pihak, serta dinamika permintaan dan konsumsi yang sangat tinggi memerlukan manajemen pengelolaan yang terintegrasi sebagai suatu syarat kecukupan (sufficient condition). Diyakini, kunci utama untuk dapat memanfaatkan segenap social capital yang ada pada masyarakat adalah terletak pada kualitas sumberdaya manusia. Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana membangun SDM yang ada (dengan latar belakang dan kualitas yang berbeda-beda) menjadi suatu team work yang harmonis. Banyak persoalan inefisiensi kelembagaan yang disebabkan oleh ketidak-harmonisan SDM yang terlibat di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar