TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA
MUKHLASIN
25211028
3EB10
MUKHLASIN
25211028
3EB10
Keindahan dan Kemegahan Masjid
Kemegahan Masjid Gallipoli di Australia
Masjid Gallipoli disebut-sebut sebagai masjid terbesar di
Australia. Masjid yang berada di dekat kota Sydney ini terbuka bagi siapa saja
yang ingin mengenal Islam. Kemegahan interiornya mencerminkan keindahan
filosofi yang terkandung dalam agama Islam.
Kalau Anda berkunjung ke kota Sydney dan ingin melihat
kehidupan komunitas Muslim di kota yang paling padat di Australia ini, mungkin
bisa berkunjung ke kawasan Auburn.
Di kawasan Auburn terdapat permukiman yang mayoritas
penduduknya memeluk agama Islam. Di kawasan ini sangat mudah menemukan sejumlah
restoran halal, toko daging halal, hingga toko-toko yang menjual buku-buku dan
perlengkapan umat Muslim.
Tetapi salah satu ikon bagi umat Muslim di kawasan ini
tentunya adalah Masjid Gallipoli.
Masjdi Gallipoli selintas nampak mirip seperti Masjid
Biru yang sangat terkenal di ibu kota Turki, Istanbul.
Masjid ini memang memiliki gaya arsitektur Ottoman dari
Turki, dengan kubah besar di bagian tengah masjid.
"Gaya arsitek dari Masjid ini mengikuti Masjid Biru,
mulai dari menara juga bentuk kubahnya. Bisa dikatakan ini adalah miniatur
Masjid Biru di Istanbul," ujar Kuranda Seyit, juru bicara dari Masjid
Gallipoli.
Masjid Gallipoli dibangun oleh komunitas imigran asal
Turki yang menetap di Auburn. Butuh sekitar 10 tahun untuk membangun masjid ini
dengan total biaya pembangunan mencapai lebih dari Rp 60 miliar.
"Semua biaya pembangunan masjid ini, hampir 95
persen berasal dari sumbangan warga Turki yang berada di Australia."
Nama Masjid diambil dari kata Gallipoli, sebuah kawasan
di Turki. Saat terjadi Perang Dunia I, di tempat ini terjadi perang yang
melibatkan Turki dan Australia.
"Nama ini dipilih karena mereka ingin menunjukkan
sejarah yang sama-sama pernah dirasakan antara Turki dan Australia." ujar
Kuranda.
Kemegahan masjid cerminan keindahan Islam
Saat memasuki bagian dalam masjid, Anda akan temukan
ukiran-ukiran kaligrafi yang bertuliskan "Allah",
"Muhammad", dan potongan surat serta ayat-ayat suci Al Quran.
Ukiran-ukiran ini dihiasi juga dengan pola-pola dan
warna-warna yang hampir sama dengan interior di Masjid Biru atau pun bahkan
Masjid Nabawi di Madinah.
Perpaduan antara kaligrafi tradisional dan corak modern
dari Timur Tengah, yang kebanyakan bermotif bunga-bungaan dan dedaunan,
terlihat di bagian dinding dan kubah.
"Ketika orang-orang masuk masuk ke dalam masjid ini,
mereka akan dibuat takjub dan berkesan akan keindahan Islam," tegas
Kuranda.
Seperti masjid-masjid lainnya, Masjid Gallipoli pun
menggelar shalat berjemaah lima kali sehari dan shalat Jumat.
Di bulan Ramadan, mereka menggelar buka bersama, tarawih,
dan tak ketinggalan masjid yang dihiasi lampu-lampu berwarna-warni untuk
menyemarakkan bulan suci.
Sementara di siang hari, pihak masjid membuka kesempatan
bagi warga non-Muslim untuk mengikuti tur kedalam masjid, termasuk diantaranya
adalah siswa-siswi sekolah.
Keberadaan masjid ini juga memberikan pencerahan bagi
warga-warga sekitar yang pada awalnya memandang Islam sebelah mata.
"Belakangan ini, setiap ada kejadian atau tragedi,
umat Islam biasanya menjadi sorotan media," kata Kuranda.
"Tetapi warga Australia tidak begitu saja percaya
dengan apa yang mereka baca dan dengar melalui media, mereka tidak percaya
propaganda,"
"Di masjid mereka justru bertemu dan melihat umat
Muslim sesungguhnya, yang tulus dan damai.
Keindahan Menara Masjid Nabawi
Bagi yang pertama kali menatap masjid Nabawi dari jalan
raya, terutama pada malam hari akan berdecak kagum mengenai keindahan menara
yang gemerlap disinari lampu sorot yang menawan. Biasanya jamaah haji atau
umrah yang datang malam hari akan disuguhi pemandangan panorama eksotis menara
Masjid yang bercahaya dari kejauhan menambah indahnya perasaan batin ingin
lebih cepat sampai di masjid. Begitulah kerinduan sang perindu akan sebuah
tempat kesayangannya.
Kisah menara masjid Nabawi, saat ini berjumlah 10 buah, 6
buah tambahan baru dan 4 buah asli melingkupi bangunan masjid yang lama.
Diantara keempat buah menara tersebut adalah menara Bab Al-Salam dengan
ketinggian 47.5 m; menara Bab Al-Baqie dengan ketinggian 60 m; manara Bab Umar
bin Khattab RA dengan ketinggian 72 m dan menara Bab Usman bin Affan RA dengan
ketinggian yang sama 72 m.
Sedangkan 6 menara lainnya adalah seiring dengan
pembangunan baru generasi kedua yang masing-masing tingginya mencapai 104 m,
dan terdiri dari 5 tingkat undakan. Undakan pertama berbentuk persegi empat
seluas 5.5 m dan tingginya 7.5 meter atau setingkat dengan tinggi tingkat
masjid. Kemudian undakan kedua persegi delapan dengan luas 5.5 m dan tingginya
dua meter. Adapun undakan ketiga berbentuk bulat dengan 18 meter; dan undakan
keempat juga berbentuk bulat dengan ketinggian 15 m kemudian disusul dengan
undakan terakhir yang kelima juga bulat dengan ketinggian 12 m. Ujung terakhir
dari menara tersebut adalah lambang bulan sabit yang terbuat dari granit
seberat 4.5 ton yang dilapisi emas 24 karat setinggi 6 m. Di ujung ini terdapat
sinar laser yang menunjukkan arah kiblat diletakkan sepanjang 86 m yang dapat
dilihat sejauh 50 km dari berbagai sisi menara.
Suasana batin sungguh merindukan keinginan untuk bisa
datang lagi ke sana, baik Makkah dengan Masjidil Haramnya maupun Madinah dengan
Masjid Nabawinya, apalagi saat ini sudah mulai berdatangan jamaah dari berbagai
penjuru dunia untuk menunaikan ibadah haji yang puncaknya jatuh pada akhir
bulan Oktober 2012. Semoga kita dapat mengunjungi kedua tempat suci tersebut.
Keindahan Masjid
Terapung Jeddah
Jeddah merupakan ibu kota komersial Arab Saudi. Di sini
kita akan menemukan banyak kesibukan, karena Jeddah adalah kota pelabuhan
utama, baik darat maupun udara. Jeddah diambil dari bahasa Arab, yang artinya
Nenek. Karena di kota ini terdapat makam Nenek seluruh umat manusia, yaitu
Hawa.
Di balik kesibukannya, Jeddah memiliki sebuah masjid yang
cukup terkenal, terutama di kalangan Jamaah dari Asia Tenggara. Hal ini
disebabkan karena hampir semua biro perjalanan memasukkan masjid ini ke dalam
lokasi yang harus dikunjungi. Nama masjid ini adalah Masjid Ar-Rahmah.
Masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Terapung atau
Floating Mosque. Disebut demikian karena masjid ini berada di ujung barat Laut
Merah, dan dibangun tepat di atas laut dan di sisi anjungan sehingga menimbulkan
kesan mengapung dalam air. Keunikan ini akan semakin terlihat apabila sedang
terjadi pasang yang disertai ombak. Saat pasang, pondasi bagian bawah masjid
tidak akan terlihat, jadi benar-benar terasa seolah masjid ini sedang mengapung
di atas air.
Keindahan masjid ini akan mencapai puncaknya selepas
subuh. Ketika lampu-lampu masjid masih berkilauan karena matahari belum terbit
sepenuhnya lalu dipadukan dengan latar Laut Merah yang tenang.
Masjid Ar-Rahmah sebetulnya tidak memiliki nilai historis
dalam sejarah perkembangan agama Islam. Beberapa berita dari mulut ke mulut
mengatakan bahwa seorang penduduk setempat yang merupakan seorang janda kaya
dan tidak diketahui namanya, mewakafkan sebagian hartanya untuk pembangunan
masjid ini setelah suaminya wafat. Jadi kunjungan pada jemaah ini memang murni
karena ketertarikan mereka terhadap keunikan masjid ini. Apalagi di sepanjang
perjalanan menuju masjid, sudah banyak dibangun kawasan hijau dan pusat
rekreasi serta wisata belanja. Jadi rasanya cukup menyenangkan beristirahat
sebentar di tempat ini sambil menikmati keindahan Laut Merah.
Dengan perpaduan
arsitektur Arab dan modern, masjid yang memiliki luas 20x30 meter ini memiliki
desain interior yang cukup menawan. Tembok yang dipenuhi dengan kaligrafi dan ornamen-ornamen
khas Arab, menambah kesan megah masjid. Masjid terapung biasa digunakan untuk
shalat Jum’at dan shalat fardhu, akan tetapi, pagar akan digembok selepas Isya.
Referensi :