Nama : Mukhlasin
Npm : 25211028
Kelas : 4EB10
Manajemen Laba
Npm : 25211028
Kelas : 4EB10
Asimetri Informasi
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan
pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer
berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi
seperti laporan keuangan.
Laporan keuangan dimaksudkan untuk
digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun
yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para
pengguna eksternal (diluar manajemen). Laporan keuangan tersebut penting bagi
para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam
kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Para pengguna internal
(para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan
mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat
ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna
eksternal.
Situasi ini akan memicu munculnya
suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia
informasi (prepaper) dengan
pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna
informasi (user).
Menurut Scott (2000), terdapat dua
macam asimetri informasi yaitu:
1.
Adverse selection, yaitu bahwa para manajer
serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang
keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang
mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham
tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
2.
Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang
dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham
maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika
atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang
terjadi antara principal dan agent
untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri.
Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1)
manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas
mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi
sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan
manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat
dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.
Manajemen Laba
Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu
intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal
dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan
Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang
manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode
berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan
kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.
Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika
manajer menggunakan pertimbangan (judgment)
dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan
keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk
mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka
akuntansi yang dilaporkan.
Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba
mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan
keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment
yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan
untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan
nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang
ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu
manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan
metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi
perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi
yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba.
Teori akuntansi positif (Positif
Accounting Theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba,
yaitu: (1) hipotesis program bonus (the
bonus plan hypotesis), (2) hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant hypotesis), dan (3)
hipotesis biaya politik (the political
cost hypotesis) (Watts dan Zimmerman, 1986).
Motivasi kontrak muncul karena perjanjian antara manajer dan pemilik
perusahaan berbasis pada kompensasi manajerial dan perjanjian hutang (debt covenant). Semakin tinggi rasio
hutang/ekuitas suatu perusahaan, yang
ekuivalen dengan semakin dekatnya (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap
kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas
pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode
akuntansi yang meningkatkan income
(Belkaoui, 2000).
Motivasi bonus merupakan dorongan manajer perusahaan dalam
melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas
dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin
menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan. Alasanya adalah
tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika
tidak ada penyesuaian untuk metode yang dipilih (Belkaoui, 2000). Penelitian
Healy (1985) menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa
manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara batas
bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah bogey manajer tidak mendapatkan
bonus, dan ketika laba berada diatas cap
manajer hanya mendapatkan bonus tetap.
Motivasi regulasi politik merupakan motivasi manajemen dalam
mensiasati berbagai regulasi pemerintah. Perusahaan yang terbukti menjalankan
praktik pelanggaran terhadap regulasi anti
trust dan anti monopoli, manajernya melakukan manipulasi laba dengan menurunkan
laba yang dilaporkan (Cahan, 1992; Jogiyanto dan Ainun, 1998). Perusahaan juga
melakukan manajemen laba untuk
menurunkan laba dengan tujuan untuk mempengaruhi keputusan pengadilan terhadap
perusahaan yang mengalami damage award (Hall dan Stammerjohan, 1997). Selain itu Income taxation juga merupakan
motivasi dalam manajemen laba (Lilis, 2001). Pemilihan metode akuntansi dalam
pelaporan laba akan memberikan hasil yang berbeda terhadap laba yang dipakai
sebagai dasar perhitungan pajak.
Asimetri Informasi
dan Manajemen Laba
Schift
dan Lewin (1970) dalam Hartono dan Riyanto (1997), menyatakan bahwa agent berada posisi yang mempunyai
lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan
secara keseluruhan dibandingkan dengan principal.
Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan
diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui principal.
Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada posisi yang tidak diuntungkan.
Dalam penyajian informasi akuntansi,
khususnya penyusunan laporan keuangan, agent
juga memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel
mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya. Tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi
(IAI, 2002). Namun karena adanya kondisi
yang asimetri, maka agent dapat
mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan
cara melakukan manajemen laba.
Sumber:
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-asimetri-informasi/
http://www.slideshare.net/pedrian/asimetri-informasi?related=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar